Jumat, 06 Desember 2019

Mahakarya Tuhan

Tuhan Maha Baik
Ia ciptakan Hawa untuk Adam yang sendiri
Tuhan Maha Cinta
Ia ciptakan siang untuk malam yang gulita
Tuhan Maha Bijaksana
Ia ciptakan akhir untuk awal yang tak berujung
Tuhan Maha Sempurna
Ia ciptakan kamu untuk aku yang tak bermakna

Selasa, 05 November 2019

Pengiring Senja

Angin membawaku melangkah
Melangkah menuju tak terarah
Bisikannya seakan membiusku
Tak tersadar jalanku berlalu

Melihat warnamu sayup
Membuat hati ini kian berdegup
Rasa tangan ingin menyentuh
Merasakan hangat dan lembutmu



Senin, 14 Oktober 2019

Antara Beban dan Kewajiban

Pagi mulai membuka mata seperti biasanya. Dimulai dengan munculnya fajar memerah sayu. Nampak bayang-bayang gunung yang terlihat mungil namun menakjubkan. Burung mulai memamerkan cuitan merdunya. Angin mulai mengibaskan udara sejuknya diiringi semilir belaiannya yang lembut.

Rutinitas pagi nampak dikerjakan oleh semua orang. Mulai dari yang bersiap menjajakkan kakinya ke sawah, sampai yang menapakkan kaki bersepatunya ke sekolah. Salah satunya adalah Ningsih. Ningsih adalah gadis desa yang lugu nan sederhana yang duduk dibangku Sekolah Menengah Atas di sebuah kabupaten kecil.

Ningsih pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda jengki berwarna biru. Dengan penuh rasa senang dan semangat ia mengayuh sepedanya menuju sekolah yang berjarak beberapa kilometer dari tempat tinggalnya. Di tempat boncengan sepeda jengkinya terletak sebuah keranjang kecil berisi kue-kue.

Ya... Ningsih ini adalah seorang siswi yang menyambi berjualan kue. Ia menjajakan kue dagangannya kepada teman dan guru-gurunya di sekolah. Ia menitipkan barang dagangannya di kantin sekolah. Kue-kue ini adalah asli buatan tangan ibunya yang dibuat dengan penuh keikhlasan.

Ningsih termasuk siswi yang rajin datang awal ke sekolah. Sesampainya di sekolah ia langsung berjalan menyusuri lorong bangunan sekolah yang cukup luas menuju kelasnya. Ia meletakkan tasnya di bangkunya paling depan. Setelah itu ia pergi membawa barang dagangannya menuju kantin. Di sana sudah berdiri seorang wanita yang tengah merapikan meja-meja kantin. Wanita itu bernama Mbok Nem. Mbok Nem adalah orang yang menjaga sekaligus penjual menu-menu jajanan di kantin.

"Selamat pagi Mbok Nem.." sapa Ningsih sambil tersenyum manis. "Pagi nduk.." balas Mbok Nem sambil merapikan meja. "Oalah nduk cah ayu to.." Mbok Nem baru tersadar kalau yang datang menyapanya adalah Ningsih. "Injih Mbok" jawab Ningsih. "Niki Mbok kue yang mau saya titipkan" kata Ningsih sambil menyodorkan keranjang kue dagangannya. "Oh, iyo nduk gowo rene" jawab Mbok Nem sambil menghitung jumlah kue yang dititipkan Ningsih hari itu.

"Lho kok cuma iki nduk? Ora koyok biasa e?" tanya Mbok Nem kepada Ningsih. Dengan raut wajah yang nampak menahan rasa sedih, Ningsih menjawab pertanyaan Mbok Nem dengan senyum "Injih Mbok, soalnya hari ini ibu kurang enak badan, jadi bikin kuenya tidak banyak". "Oh, yowis ora opo-opo nduk, mugo-mugo ibumu ndang sehat maneh yo.." balas Mbok Nem. "Injih Mbok" jawab Ningsih.

Setelah menitipkan dagangannya di kantin, Ningsih kembali ke kelasnya. Sesampainya di kelas, ia melihat sekeliling ruang kelas yang masih sepi. Belum ada teman-teman lain yang sampai di sekolah. Atau mereka sebenarnya sudah sampai di sekolah, namun masih enggan masuk ke kelas. Ningsih pun segera menuju bangku tempat ia duduk untuk mengemban ilmu. Di sana ia mengeluarkan sebuah buku pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan khitmat ia membaca buku itu.

Ya... Ningsih bercita-cita menjadi seorang ahli ilmu tumbuh-tumbuhan. Menurutnya tumbuh-tumbuhan memiliki banyak manfaat yang beragam. Ia berharap suatu saat nanti bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dan memanfaatkan ilmu pengetahuannya untuk orang banyak. Meskipun saat ini ia harus berjuang membantu ibunya untuk mencari tambahan biaya sekolah dengan berjualan kue yang dititipkan di kantin sekolah. Pernah terbesit di dalam hatinya rasa malu dan enggan berjualan. Namun ia berpikir kembali bahwa sebagai seorang anak, ia wajib  berbakti kepada ibunya yang telah sabar merawatnya dari kecil hingga saat ini.


Selasa, 09 April 2019

Nonton Syuting Film


Hasil gambar untuk film terbang

Hallo konco-konco,,

Selamat datang kembali di blog amatiran ini setelah beberapa aku ndak posting (semoga ndak males ya baca blogku hehehe)
Di postinganku kali ini aku mau cerita aja tentang pengalamanku nonton proses pembuatan sebuah film. Yang namanya film sudah pasti dibintangi oleh aktor dan aktris yang tidak asing di mata kita. Nah proses pembuatan film yang aku tonton adalah film Terbang (Menembus Langit). Bagi yang belum tau tentang film tersebut silahkan klik di sini. Film ini dibintangi oleh aktor ternama Dion Wiyoko, Laura Basuki, Baim Wong, Marcel Darwin, dan masih banyak yang lainnya.

Di sini aku tidak akan review soal film tersebut, tapi aku mau cerita aja tentang sedikit proses pembuatannya. Jadi filmnya itu ada setting lokasinya itu di kota Tarakan, Kalimantan Utara. Kota di mana saat ini aku tinggal. Saat itu kira-kira bulan Agustus atau September mereka syuting di Tarakan. Ketika tau mau ada syuting film di sini, waaaaaaahhh semua warga kota, warga net, dan warga-warga yang lain antusias pengen lihat prosesnya (sebenarnya pengen lihat aktor dan aktrisnya yang kece-kece sih hehehehe)

Lokasi syutingnya itu ada di beberapa tempat. Ada yang di daerah pesisir pantai, di pasar ikan, di toko-toko,dan tempat penggalian minyak. Semua informasi mengenai jadwal syuting senantiasa tersebar di media massa, sehingga kami bisa tahu di mana saja mereka syuting. Bahkan sampai ada yang rela-rela setiap hari ngintil alias ngikutin kemana pun mereka syuting. Ini antara dua kemungkinan, pertama karena mereka ngefans banget sama aktor dan aktrisnya. Yang kedua karena mereka lagi ndak ada kerjaan hehehehe.

Nah gara-gara banyak orang yang ngikutin jalannya proses syuting film, aku pun jadi terkena virusnya. Aku juga ikut-ikutan kepoin jadwal syutingnya. Sampai tiba saatnya aku ikut-ikutan ngintil kemana mereka syuting. Kebetulan waktu itu jadwal syutingnya di lokasi penggalian minyak. Lokasi itu tidak jauh dari tempat aku bekerja. Jadi sepulang dari kerja, aku sama kakakku langsung pergi ke lokasi syuting. Gara-gara pengen lihat langsung penampakan rupa aktornya hehehe. Waktu itu yang syuting ada Dion Wiyoko dan Marcel Darwin. Kami rela berkerumun di pinggir jalan, dempet-dempetan sama orang banyak demi melihat mereka berdua. Tahu dong Dion sama Marcel tu gantengnya kayak apa kalo dilihat dari layar kaca... nah ini aku bisa lihat mereka secara langsung hihihi

Saat mereka keluar dari mobil dan sudah dirias, waaaaaaaahhhhhh langsung heboh semua warga yang nonton. Aku pun ikut kegirangan. Ternyata aslinya lebih ganteng, lebih segeeeerrrrr hehehehe. Nah pada saat syuting mau dimulai semua akses jalan ditutup dan kami para penonton tidak diijinkan untuk bersuara. Semua menjadi heniiiiiiing, sunyiiiiiii, kalah-kalah kuburan hehe. Tapi ya seperti itulah ternyata kalau proses syuting, semua harus dikerjakan dengan hati-hati, cermat, dan teliti. Sehingga hasilnya bisa sesuai dengan yang diharapkan.

Salut untuk para aktor, aktris, dan kru-kru dalam pembuatan film. Kerja keras mereka bisa berbanding lurus dengan hasil yang mereka dapat. Dan buat kita semua apapun profesi kita, sudah sepatutnya apabila ingin mendapatkan hasil yang baik, maka kita harus terus berusaha dan bekerja keras. Semangaaaaaaat buat konco-konco 

Minggu, 03 Maret 2019

Stitch yang malang

Hari itu menunjukkan pukul 10.25 WITA. Pada waktu itu seperti biasanya saya menjalani aktivitas rutin yaitu berbagi ilmu kepada anak-anak. Hari itu adalah hari selasa, dimana hari yang super menguras tenaga dan pikiran. Karena selain jam mengajar yang fullday, hari itu juga saya harus menghadapi anak-anak yang yaaah lumayan aktif dan energik. Sehingga saya pun juga harus ikutan aktif (biar kayak iklan Hilo yang tumbuh aktif hehehe).
Meskipun terkadang di hari itu saya merasa tidak bisa melaluinya, akan tetapi saya mencoba untuk mengawali hari dengan niat tulus dan semangat. Karena jika kita mengawali suatu aktivitas dengan penuh semangat dan niat yang tulus, maka kita akan dapat melalui hari itu dengan mudah dan tanpa terasa berlalu dengan cepat. Tetapi jika mengawali aktivitas dengan hati yang galau-galau gimana gitu, maka hari itu akan terasa berat dan sulit untuk dilalui.

Oke kembali lagi ke tujuan awal. Nah pas waktu yang sudah saya sebutkan tadi (10.25 WITA), saya telah memberikan anak-anak tugas berat bagi mereka sih, kalau saya yaa ringan-ringan aja kayak kerupuk hehehe. Tugasnya adalah menulis tentang materi hari itu. Dan seperti biasa setelah mereka menulis, mereka harus minta tanda tangan dari gurunya sebagai bentuk apresiasi atas pekerjaan mereka. Yaa hanya di saat seperti itulah tanda tangan saya laris, ludes seperti baju yang lagi diskon di Ramayana.

Karena banyaknya permintaan, akhirnya saya mensiasati tanda tangan saya dengan menggunakan stempel yang berisi tanda tangan saya. Dan kebetulan stempel yang miliki ini bentuknya unik dan lucu. Bentuknya itu adalah salah satu karakter kartun yang sudah terkenal, yaitu "Stitch". Tau dong apa itu "Stitch"?

Ya "Stitch" karakter kartun alien gitu, seram tapi lucu. Nah karena bentuk stempel ini unik dan lucu, maka anak-anak sangat terpancing untuk selalu memainkannya. Demi membahagiakannya, saya rela si "Stitch" pindah-pindah tangan karena pada ingin memegangnya. Saking asiknya mereka mainin, tanpa saya sadari dan itu semua di luar dugaan saya si "Stitch" mengalami tragedi kecelakaan yaitu dia terlepas dari tempatnya berpijak. Ketika melihat kejadian itu saya hanya bisa melongo terdiam tanpa kata (dalam hati ini teriak Oooooooohhh Nooooooo My Stiiiiiiitch)

Tapi apa boleh dikata ibarat peribahasa nasi sudah menjadi bubur. Tak ada yang bisa saya lakukan. Saya hanya bisa pasrah dan berserah diri. Dengan tangan gemetar saya mengambil si korban dan menyimpannya dengan aman. Dan si pelaku itu pergi begitu saja tanpa ada kata maaf, sedihnya hati ini,, piluuuuuu.
Setelah tragedi itu, ada seorang anak yang maju dan ingin meminta tanda tangan. Ketika ia melihat si "Stitch" sudah tidak ada dia bertanya "Aw mana bonekanya, ustazah?" teman di sampingnya menjawab "Lepas". Dia pun bertanya lagi "Kok bisa? siapa yang kasih lepas? Ustazah tak marah kah?" temannya menjawab "Si Calya kasih lepas, ustazah tak marah". Lalu dia menyahut "Oo iya ya ustazah kan orangnya sabar, jadi tak mungkin marah".

Ketika mendengar perkataan itu saya pun sadar bahwa segala apapun yang terjadi di sekitar kita itu di luar dugaan dan kuasa kita. Ketika itu terjadi yang bisa kita lakukan adalah bersabar dan menunggu pergantian saat-saat yang indah. Dan memang betul, hal indah yang saya dapatkan dari tragedi itu adalah si "Stitch" kini selalu berada dimana pun saya pergi, karena kini ia menjadi gantungan yang menggantung di resleting tasku hehehe.

Beginilah nasib si Stitch yang malang 


Hikmah yang bisa diambil dari kisah ini adalah "Apabila kamu memiliki barang yang sekiranya unik dan sangat kamu suka, sebaiknya jangan dibawa ke tempat umum. Karena mungkin saja akan bernasib sama dengan dia (Stitch)"


Kamis, 28 Februari 2019

Kisah Awal bagian 2

Hallo konco-konco,

Setelah beberapa hari, akhirnya aku mulai berbagi kisah lagi kepada kalian yeeeeee.. Ditulisanku kali ini, aku akan melanjutkan kisah dari perjalanan hidupku. Di kisah awal yang sebelumnya aku bercerita tentang dari mana aku berasal dan mulai melangkahkan kakiku kemana. Nah di kisah awal bagian 2 ini aku akan berbagi tentang awal aku menjalani yang disebut dunia yang sebenarnya. Emang slama ini aku di dunia yang mana?? hehehe
Jadi di tahun 2016 aku memberanikan diri untuk melangkahkan kakiku keluar dari zona nyaman. Aku memutuskan untuk pergi merantau ke pulau Kalimantan tepatnya di kota Tarakan provinsi Kalimantan Utara. 

Awalnya aku ragu-ragu untuk pergi ke sana. Karena aku belum pernah pergi jauh meninggalkan orang tua dan keluarga yang membutuhkan banyak waktu dan biaya tentunya. Tapi karena dorongan oleh orang tua yang menginginkan anaknya bisa berhasil (dalam memiliki profesi) dan karena aku juga ingin mendapatkan pengalaman baru di luar sana. Akhirnya aku memacu tekadku untuk berani pergi merantau demi tercapainya keinginan itu. Berbicara masalah merantau, banyak sekali quotes tentang merantau yang bisa menjadi penguat kita sebagai perantau. Salah satu quotes yang aku ambil adalah dari Imam Asy Syafi'i: "Merantaulah... Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negrimu dan hidup asing (di negri orang)".


Pertama kali aku sampai di tanah rantau, sangat terasa asing bagiku. Cuaca dan hawa-hawane bedo. Tidak sama dengan di kampung halaman. Saat itulah aku langsung merasa rindu rumah. Karena, begitu aku di tanah rantau aku tidak akan bisa langsung pulang dengan mudah. Dan aku tidak mungkin cuma sebentar saat di tanah rantau. Pasti butuh waktu lama bagiku untuk bisa bersua kembali dengan keluarga di kampung halaman huuuuu huuuuu (macam menangis di dalam hati).

Tetapi di saat aku rindu akan rumah, dan ingin pulang, aku selalu mengingat kembali tujuan awal aku pergi merantau. Dengan begitu, aku semakin kuat untuk menahan setiap rindu yang menderu, menahan tangis yang mengiris. Kuluapkan rindu dan tangis itu dalam barisan doa kepada-Nya agar kami selalu terjaga dan bisa berkumpul bersama kembali berbagi bahagia dan kesedihan, berbagi tawa dan tangis.

Begitulah kisah awal bagian 2 yang bagi kepada konco-konco. Insyaalah kisah awal bagian 3 akan segera dirilis. Terus semangat buat konco-konco yang mungkin saat ini sedang merantau demi menggapai kebaikan..

Thanks to Tarakan sebagai titik awal aku berdiri...

Jumat, 22 Februari 2019

Satu untuk Berdua

Hallo konco-konco,

Pernah dengar istilah "sepiring berdua"?
Yaps, istilah itu sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pasti istilah itu terdengar romantis ya... tapi kalo untuk dikisahku ini bukanlah sesuatu yang romantis, lebih tepatnya agak miris hiks hiks..
Jadi begini kisahnya, ini berhubungan dengan makanan dan minuman yang pasti.

Kalian tahu telur yang diceplok? Atau istilahnya telur mata sapi? Iya... yang kayak gini


Jadi kisah si telur ceplok ini adalah dulu waktu jaman aku masih sekolah SD, setiap pagi sebelum sekolah ibu selalu membuatkan aku sarapan. Karena kami tinggal di pedesaan, menu sarapan pun tidak jauh dari nasi dan sambal. Nah, karena aku punya seorang kakak laki-laki yang jarak usia kami cuma terpaut 2,5 tahun, maka saat itu pun kami sama-sama duduk di bangku SD. Ketika kami sarapan ibu biasa membuatkan lauk telur ceplok. Itu pun jika bertepatan ayam yang kami pelihara telah bertelur. Jika tidak ya lauknya tempe goreng dan sambal. Nah disaat ibu membuatkan kami lauk telur ceplok, itu pasti cuma 1 biji saja yang di goreng dan pasti dibagi menjadi dua. Separo untuk kakak dan separo untukku 😣
Apalagi telurnya itu telur ayam kampung, kebayang dong kecilnya telur itu seberapa? Dan itu masih dibagi menjadi dua 😢
Tapi kami tidak pernah ngeluh, ngambek, apalagi sampe marah tidak mau makan hanya karena kami harus berbagi lauk. Karena bagi kami, bisa sarapan lauk telur itu adalah nikmat Tuhan yang sangat luar biasa. Karena tidak setiap hari kami bisa makan lauk itu. Dan yang terpenting kebutuhan protein kami tercukupi dan kami bisa belajar dengan baik di sekolah.. horeeee...

Selain telur ceplok, ada lagi satu menu yang harus kami bagi berdua. Yaitu... jeng jeng 
Yaps betul, ini adalah susu coklat. Siapa yang doyan sama susu coklat??? 
Dulu waktu aku masih SD suka banget minum susu coklat. Karena susu itu mengandung kalsium yang bagus untuk pertumbuhan tulang. Meskipun kami orang desa, tapi orang tua kami sangat memperhatikan tumbuh kembang putra-putrinya. Nah jadi si susu coklat ini nasibnya sama seperti si telur ceplok. Ia harus rela dibagi dua untuk kakak dan aku 😅 kasiaaan si susu coklat.

Mungkin kalian bertanya-tanya "kenapa sih semua harus dibagi dua?" "memangnya orang tua kalian pelit banget ya?"
Jawabannya bukan karena orang tua kami pelit. Tapi pada masa itu perekonomian orang tua kami masih belum stabil. Jadi kami harus berlatih hidup sederhana dan menerima apa yang ada. Tapi pada masa itu kakak dan aku belum terlalu mengerti masalah ekonomi. Yang kami tahu adalah kami harus sekolah, belajar dan terus belajar supaya nanti kami bisa menjadi orang yang berilmu dan bisa meraih keberhasilan di masa depan.

Aku bersyukur dilahirkan di lingkungan keluarga yang sederhana. Karena itu bisa membuatku lebih menghargai yang namanya perjuangan, kesederhanaan, dan indahnya berbagi. Sehingga di saat aku harus belajar mandiri, aku sudah siap.


Kesederhanaan bukanlah sebuah keturunan. Tapi kesederhanaan adalah sesuatu yang harus kita cari dan kita pupuk sendiri, supaya ia bisa tumbuh kokoh didalam diri kita.

Semangat buat konco-konco 💪😉

Kamis, 21 Februari 2019

Kisah Awal

Hallo konco-konco,

Ini kisah pertama yang mau aku bagikan ke kalian. Mungkin ini kisah awal dari sebuah perjalanan. Katanya hidup itu sebuah perjalanan. Berarti seumur hidup, kita itu akan selalu melakukan perjalanan. Nah perjalanan itu kalo menurut aku bukan hanya jalan kaki ya.. tapi perjalanan itu adalah dimana kita akan mengalami perpindahan baik secara fisik maupun psikis. Kalo perjalanan secara fisik berarti itu berpindah tempat, ataupun lokasi tempat tinggal. Tapi kalo perjalanan psikis itu berarti yang berpindah adalah sesuatu yang ada di dalam diri kita. Bisa qolbu atau pola pikir kita.

Oke, kita kembali ke topik awal. Aku mau cerita aja kalo aku itu adalah wong Jowo alias orang Jawa tulen. Bukan blasteran dari Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Korea, dan masih banyak negara lain. Kita ke profil dulu sedikit ya... jadi orang tuaku itu keduanya adalah orang Jawa yang tinggal di daerah pedesaan. Kalo kita dengar kata pedesaan itu pasti langsung nyambungnya jauh dari kota, sawah, jalanan rusak, dan mungkin pelosok. Thats wrong meskipun ada yang betul, tapi tidak semuanya seperti itu. Kalo pedesaan tempat kami tinggal itu adalah tempat yang sangat menyenangkan, nyaman, dan selalu menjadi tempat yang aku selalu rindukan. Lokasinya itu jauh dari keramaian kota dan polusi udara. Tempat tinggal kami dikelilingi oleh sawah-sawah yang terbentang luas nan hijau, yang membuat oksigen dan angin mondar-mandir sepuasnya ahai... aku tumbuh dan dibesarkan di lingkungan yang menurut aku baik dan sangat kekeluargaan. Enaknya tinggal di pedesaan adalah meskipun dengan tetangga yang tidak ada hubungan darah, kami tetap menganggap mereka adalah bagian dari keluarga. Sehingga kami bisa hidup guyup rukun. Gotong royong senantiasa terjaga. Jadi peribahasa berat sama dipikul ringan sama dijinjing itu sangat pas disematkan kepada warga di pedesaan. 

Selama lebih kurang 23 tahun aku tinggal di Jawa. Setelah aku menyelesaikan study S1 di salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Ponorogo, tepatnya di STAIN yang sekarang telah berubah menjadi IAIN Ponorogo selama 8 semester, aku melanjutkan kursus di UPTPK Madiun selama 2 bulan. Kemudian aku memutuskan untuk melakukan perjalanan secara fisik yaitu bertransmigrasi ke pulau Kalimantan. Tepatnya di Kota Tarakan provinsi Kalimantan Utara.

Oke untuk cerita awal dari perjalananku sampai di sini dulu ya... nanti akan aku sambung lagi dikesempatan yang lain insyallah. Nah, buat konco-konco yang punya cerita perjalanan hidup kalian monggo share di kolom komentar ya.. biar kita bisa saling berbagi. 

Terima kasih and see you next time 🙏

Pembuka

Assalamu'alaikum wr. wb.

Hallo konco-konco...

Selamat datang di blog aku yang sederhana dan nyantai. Di blog ini aku mau berbagi kepada konco-konco tentang pengalaman, cerita-cerita lucu, seru, menyenangkan, dan mungkin saja cerita haru biru hehehe. Mungkin nanti akan ada sohib-sohib aku yang bakal muncul di blog aku untuk mempermanis kisah yang aku bagikan kepada konco-konco. Kalo kopi aja perlu dikasih gula biar manis, apalagi kamu.... hehehe maksudku apalagi kisahku. 

Nah buat konco-konco yang mungkin nanti punya pengalaman dan cerita yang sama, monggo sharing-sharing di kolom komentar ya.....

Mari kita saling berbagi sesuatu yang bermanfaat dan saling menjalin silaturahim supaya makin raket/deket. 

Mungkin itu dulu pembukanya, untuk kisah-kisahnya insyaallah akan segera dirilis. 


Ow ya hampir lupa, yang bikin aku akhirnya mau buat blog adalah sahabat aku yang penuh inspirasi. Dia adalah orang yang membuat aku terpacu untuk mulai menyukai membaca buku, saling berbagi pengalaman, dan sampai akhirnya aku mau buat blog. Matur nuwun sanget buat Yastin yang sudah memberikan aku inspirasi dan motivasi 😘